• KAMUS BAHASA SUNDA

    Cara belajar menyenangkan bersama sahabat-sahabatmu melalu media sosial dimanapun Anda berada dan dapat diakses dengan mudah dan cepat. Saling berkomunikasi antar daerah baik sunda maupun bahasa lain adalah ciri ramahnya Indonesia. Mari lestarikan budaya Indonesia.

  • KBS Dina Pesbuk (KBS Di Facebook)

    Tenjo KAMUS BAHASA SUNDA dina pesbuk, sareng tuturkeun kiriman statusna. (Kunjungi KAMUS BAHASA SUNDA di facebook, dan ikuti update statusnya).

  • Basa Sunda

    Basa daerah anu kedah urang jaga sareng urang lestarikeun sarerea pikeun waktos kapayun putra bangsa. (Bahasa daerah yang harus kita jaga dan kita lestarikan bersama untuk masa depan anak bangsa)

Memahami Kalimat Tanya Bahasa Sunda

Memahami Kalimat Tanya Bahasa Sunda
Memahami Kalimat Tanya Bahasa Sunda
Bagi sebagaian Anda mungkin ingin belajar Bahasa Sunda. Ada beberapa faktor yang menyebabkan Anda ingin mempelajari Bahasa Sunda ini. Bisa jadi karena pasangan Anda orang Sunda, sedang tugas di daerah Sunda, atau mungkin pindah rumah ke Jawa Barat atau Daerah Sunda.
Seperti bahasa daerah yang lain, Bahasa Sunda pun terdiri dari beberapa tingkatan, baik halus, sedang atau kasar.
Admin akan suguhkan perbendaharaan kata ataupun pengaplikasiannya, dari mulai hal-hal terkecil seperti Bahasa Sunda tentang anggota tubuh, buah-buahan, sayur-sayuran, peralatan rumah tangga dan sebagainya.

Namun saat ini, admin akan berikan pelajaran tentang Kalimat Tanya dalam Bahasa Sunda serta contoh percakapan dalam Bahasa Sunda.
"Sebelumnya, harus difahami perbedaan pengucapan pada huruf é, e dan eu. "é" diucapkan seperti kalimat "besok", "lele", "bebek", dsb. "e" diucapkan seperti "kera", "teri", dsb. "eu" diucapkan seperti orang Bali menyebut kata "pura" menjadi "pureu", yaitu diucapkan seperti suara sedang sendawa".

Kata Tanya dalam Bahasa Sunda :
1. Apa? - Naon?
2. Kapan? - Iraha?
3. Kenapa? - Kunaon?
4. Mana? - Mana?
5. Dimana? - Dimana?
6. Siapa? - Saha?
7. Berapa? - Sabaraha?
8. Bagaimana? - Kumaha?


Contoh penggunaan :
Naon éta anu beureum? (Apa itu yang merah?)
Iraha rék mayar hutang téh? (Kapan mau bayar hutang?)
Saha anu nembé ngalangkung téh? (Siapa sih yang barusan lewat?)
Sabaraha hargina sakilo? (Berapa harga sekilonya?)
Kumaha damang? (Bagaimana? Sehat?)


Contoh Percakapan Bahasa Sunda :
Ani: "Assalamu'alaikum"
Cinta : "Wa'alaikum salam, mangga kalebet (linggih)"
Ani : "Mangga, hatur nuhun"
Cinta : "Sisinanteneun, aya naon nya?"
Ani : "Ah, kaleresan we ngalangkung ka dieu, lawas tilawas teu pendak"
Cinta : "Enya kamana wae atuh ari Ani? asa nembe katinggal deui"
Ani : "Pan atos tilu sasih Ani mah mumbara di lembur batur"
Cinta :"Dimana téa atuh?"
Ani : "Di Sukasari, sateuacan Cileunyi, Bandung"
Cinta : "Guning tebih, betah di ditu?"
Ani : "Alhamdulillah, sakantenan ngalangkung aya kaembutan saalit"
Cinta : "Naon atuh? bet ngarépotkeun. Haturnuhun atuh"
Ani : "Moal lami bilih kabujeng hujan"
Cinta : "Naha énggal-énggalan teuing atuh?"
Ani : "Pan teu nyandak pajeng bilih kabujeng hujan"
Cinta : "Nya atuh ari kitu mah"
Ani : "Mangga permios"
Cinta : "Mangga"


Kosa Kata :
Mangga : Silahkan, Iya, atau sebagai kata yang digunakan untuk pamitan.
Haturnuhun : Terimakasih
Sisinanteneun : Tumben, Tidak biasanya
Kaleresan : Kebetulan
Ngalangkung : Lewat
Dieu : Sini
Lawas tilawas : Lama sekali
Teu / Henteu : Tidak
Pendak : bertemu
Enya : Iya
Wae : Saja
Ari : Kalau
Asa : Seperti, kayaknya
Nembe : Baru
Katinggal : Terlihat
Deui : Lagi
Atos : Sudah
Tilu : Tiga
Sasih : Bulan
Mumbara : Tinggal, mengembara
Lembur : Desa, kampung
Batur : Orang lain
Sateuacan : Sebelum
Geuning : Ternyata
Tebih : Jauh
Sakantena : Sekalian
Kaembutan : Keingetan
Saalit : Sedikit
Ngarépotkeun : Merepotkan, menyusahkan
Moal : Tidak akan
Lami : Lama
Kabujeng : Keburu
Nya : Ya
Permios : Permisi

*Selengkapnya bisa Anda lihat dihalaman "Kamus Offline Sunda - Indonesia"

Sumber Revisi :
Belajar Bahasa Sunda



© KAMUS BAHASA SUNDA
Facebook : KAMUS BAHASA SUNDA
Twitter : @KamusBhsSunda

Legenda Sunda - Galuh (Pajajaran)

Legenda Sunda - Galuh (Pajajaran)
Bisakah kita mengetahui asal usul Kian Santang sebenarnya? Sepertinya agak sulit untuk menjawab pertanyaan ini, karena begitu banyak versi cerita yang berkembang dalam masyarakat Sunda, seperti bisa kita lihat dibawah ini antara lain;
1. Dalam Naskah ’Sanghyang Siksa Kanda ng Karesian’ (1518 M) oleh P.S. Sulendraningrat, Kian Santang atau Walangsungsang merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yaitu Nyai Rara Santang lahir sekitar tahun 1426 M dan Raja Sangara lahir sekitar tahun 1428 M. Dari hasil perkawinan antara Prabu Siliwangi dan Nyai Subang Larang.
2. Sedangkan dalam naskah kuno ‘Carita Purwaka Caruban Nagari’ (1720) oleh Pangéran Arya Cirebon , bahwa pada saat Prabu Jaya Dewata menginspeksi daerah-daerah kekuasaannya, sampailah ia di Pesantren Qura Karawang, yang pada waktu itu dipimpin oleh Syeikh Hasanuddin (ulama dari Campa) keturunan Cina. Di pesantren inilah ia bertemu dengan Subang Larang, salah seorang santri Syeikh Qura yang kelak dipersunting dan menjadi ibu dari Pangeran Walangsungsang, Ratu Lara Santang, dan Pangeran Kian Santang.
3. Mungkin yang terlihat cukup jauh mencolok adalah cerita yang terdapat dalam buku ‘Logenda Kian Santang’ di mana di kisahkan; pada waktu itu yaitu abad ke 5 M atau tahun 450 M, pernah ada seorang putra mahkota yang sakti mandraguna bernama Raden Gagak Lumayung yang dalam ceritanya di Tatar Sunda dan sekitarnya tak ada yang mampu mengalahkan ilmu kesaktiannya. hingga suatu saat datang pasukan dari dinasti Tang dari daratan Cina yang hendak menaklukkan kerajaan Taruma Nagara. Berkat Raden Gagak Lumayung, pasukan Tang dapat di halau dan tunggang-langgang meninggalkan Taruma Nagara. Sejak itu Raden Gagak Lumayung di beri gelar ”KI AN SAN TANG” atau yang artinya ”Penakluk Pasukan Tang”.
4. Dan masih ada beberapa versi lainnya yang lemah sumber kepustakaannya.5. Sedangkan cerita yang menjadi dasar tulisan ini diambil dari kitab Babad Godog, ’Naskah Carita Parahiyangan’ oleh Pangeran Wangsakerta (1518), Naskah ’Carita Ratu Pakuan’ ditulis kira2 akhir abad 17/18, didukung pula dengan beberapa sumber lisan dan tulisan2 pendukung akurat lainnya, dimana menurut saya lebih mendekati kebenaran tentang asal usul Prabu Kian Santang.

***
  Sebelum saya memulai tulisan ini, satu pesan yang boleh saya sampaikan, bahwa akurat dan kebenarannya kembali kepada sahabat pembaca sekalian dalam menilainya…..Selamat membaca cerita legenda yang fenomenal ini.
Sebagai catatan yang patut disimak bahwa nama SILIWANGI adalah sebuah Gelar bukan nama pribadi raja, seperti tertuang dalam kropak 630 Naskah Carita Parahiyangan oleh Pangeran Wangsakerta, nama Siliwangi ditulis sebagai lakon pantun. Naskah ini ditulis tahun 1518. Menurut tradisi lama orang segan atau tidak boleh menyebut gelar raja yang sesungguhnya, maka juru pantun mempopulerkan sebutan Siliwangi. Dengan nama itulah ia dikenal dalam literatur Sunda. Wangsakerta pun mengungkapkan bahwa Siliwangi bukan nama pribadi, ia menulis: “Kawalya ta wwang Sunda lawan ika wwang Carbon wwang sakweh ika wwang Jawa Kulwan anyebuta Prabhu Siliwangi raja Pajajaran. Dadyeka dudu ngaran swaraga nira” (Hanya orang Sunda dan orang Cirebon serta semua orang Jawa Barat yang menyebut Prabu Siliwangi raja Pajajaran. Jadi nama itu bukan nama pribadinya).

Tercatat 3 Prabu Pajajaran yang memiliki gelar Siliwangi, yaitu;
1. Prabu Maharaja Lingga Buana (berkuasa pada tahun 1350-1357)Dalam Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara II/2 dikatakan bahwa Prabu Maharaja Lingga Buana yang gugur di Bubat digelari SILIWANGI. Tulisan lengkapnya berisi (artinya saja): “Di medan perang Bubat ia banyak membinasakan musuhnya karena Prabu Maharaja sangat menguasai ilmu senjata dan mahir berperang, tidak mau negaranya diperintah dan dijajah orang lain. Ia berani menghadapi pasukan besar Majapahit yang dipimpin oleh sang Patih Mada yang jumlahnya tidak terhitung. Oleh karena itu, ia bersama semua pengiringnya gugur tidak tersisa. Ia senantiasa mengharapkan kemakmuran dan kesejahteraan hidup rakyatnya di seluruh bumi Jawa Barat. Kemashurannya sampai kepada beberapa negara di pulau-pulau Dwipantara atau Nusantara namanya yang lain. Kemashuran Sang Prabu Maharaja membangkitkan (rasa bangga kepada) keluarga, menteri-menteri kerajaan, angkatan perang dan rakyat Jawa Barat. Oleh karena itu namanya Prabu Maharaja mewangi (PRABU SILIWANGI)
2. Wastu Kancana (berkuasa pada tahun 1467-1474) dikenal sebagai Prabu Wangisutah sebagaimana ditulis oleh Pangeran Wangsakerta penyusunan Sejarah Nusantara. Gelar selengkapnya adalah Sri Baduga Maharaja Prabu Wangi Anggalarang (PRABU SILIWANGI)
3. Raden Pamana Rasa dikenal sebagai Prabu Jaya Dewata (berkuasa pada tahun 1482-1514) dengan gelar Sri Baduga Maharaja Dewataprana Prabu Guru Ratu Aji (PRABU SILIWANGI)

Sebagaimana halnya dengan nama Prabu Siliwangi, Kian Santang merupakan salah satu tokoh yang dianggap misterius. Nama Kian Santang sangat terkenal dalam sejarah dakwah Islam di tatar Sunda bagian pedalaman. Beliau dikenal juga dengan nama lain seperti Gagak Lumayung, Bratalegawa, Galantrang Setra, Pangeran Gagak Lumiring, Pangeran Lumajang Kudratullah, Haji Bahruddin al Jawi, Sunan Rahmat, Sunan Bidayah atau Sunan Godog.

Bukti-bukti fisik yang menjadi saksi bisu syiar Islam Kian Santang yang sampai kini masih dapat ditemui adalah berupa sebuah kitab Al-Qur’an yang ada di Balubur, Limbangan, Garut, sebuah Sekin (pisau Arab) yang berada di desa Cinunuk, Wanaraja, Garut, sebuah Tongkat yang berada di Darmaraja, dan sebuah Kandaga (peti) yang berada di Godog, Karangpawitan, Garut
Pada abad ke-13, Kerajaan Galuh Pajajaran beribukota di Kawali, pada zaman inilah Kian Santang lahir. Beliau adalah putera Prabu Guru Pangandiparamarta Jayadewabrata atau Prabu Bunisora yang dikenal dengan nama Mangkubumi Suradipati ada juga yang menyebutnya dengan nama Prabu Kuda Lalean.Prabu Bunisora adalah adik Prabu Linggabuana lain ibu. Ketika kecil Kian Santang bernama Bratalegawa. Ia lahir tahun 1272 Saka (1350 M), ia memiliki kakak bernama Mayangsari (kelak menjadi isteri Wastu Kancana) dan Giridewata atau Ki Gedeng Kasmaya. Ini berarti Kian Santang nama yang kemudian dipakainya ketika berkelana, bersaudara sepupu dengan Wastu Kancana (Prabu Siliwangi II), dan paman dari Ningrat Kancana (Dewa Niskala) dan Susuk Nunggal, kakek dari Jayadewata (Prabu Siliwangi III, putera Dewa Niskala) dan Munding Kawati (putera Susuk Nunggal) atau uyut dari Walangsungsang dan Rara Santang.

Diusia 22 tahun Kian Santang diangkat menjadi Dalem Bogor kedua. Namun karena darah pengelananya yang kuat maka ia tinggalkan jabatan tersebut dan lebih memilih hidup sebagai pengelana yang haus akan ilmu bela diri dan kebatinan.

Kian Santang rajin belajar dan berguru kepada para resi, sehingga ia memiliki berbagai ilmu dan kesaktian. Pengelanaannya ini tidak hanya terbatas di dalam wilayah Pajajaran saja, namun sampai keluar kerajaan seperti ke Sumatra, Cina, India, Srilangka, Iran, bahkan sampai ke negeri Arab. Ketika di Mekah, konon diceritakan bahwa Kian Santang bertemu secara ’ghoib’ dengan Sayidina Ali kw, dalam ’pertemuan’ tersebut Sayidina Ali meminta Kian Santang untuk mencabut tongkat yang ditancapkan oleh Sayyidina Ali dan ternyata Kian Santang tidak mampu mencabut tongkat tersebut, lalu Sayidina Ali memberikan saran agar Kian Santang mau masuk Islam. Akhirnya Kian Santang masuk Islam. Lalu Kian Santang membaca kalimat Syahadat dan keajaibanpun terjadi tongkat yang tertancap tersebut dengan mudah dapat dicabut oleh Kian Santang. (Catatan; Jadi bukan Prabu Borosngora ataupun Walangsungsang yang bertemu secara ’ghoib’ dengan Sayidina Ali kw).

Setelah pertemuan ’ghoib’ tersebut Kian Santang mempelajari Islam dengan tekun di Mekah dan dilanjutkan dengan ibadah haji, ia mendapat julukan Bahruddin lengkapnya Haji Bahruddin al Jawi. Disana pula ia kemudian menikah dengan seorang muslimah dari Gujarat bernama Farhana binti Muhammad. Dari perkawinan dengan Farhana binti Muhammad, Kian Santang memperoleh putera bernama Ahmad yang kemudian dikenal dengan sebutan Maulana Safiuddin.

Ia bermukim di Mekah selama 14 tahun. Merasa sudah cukup menekuni ajaran agama Islam, kemudian beliau kembali ke Pajajaran. Sewaktu akan pulang lagi ke Jawa, oleh gurunya sekaligus ayah mertuanya yang bernama Muhammad, Kian Santang dibekali tanah Mekah yang dimasukan ke dalam peti. Di dalam peti itu diletakkan pula sebuah buli-buli berisi air zam-zam. Gurunya berpesan bahwa kelak Kian Santang akan mendapat ilham untuk uzlah (pindah dari tempat yang ramai ketempat yang sepi), maka bila waktu uzlah itu tiba Kian Santang harus membawa peti tersebut dalam perjalanan uzlahnya. Apa bila peti itu gesah/godog (bergoyang/bergerak) di suatu tempat dalam perjalanan uzlah-nya, maka itulah tandanya Kian Santang mesti berhenti.

Sebagai muslim pertama di Kerajaan Galuh (Kawali), ia lebih dikenal dengan nama Haji Purwa Galuh atau Haji Purwa (haji pertama). Hal ini tertuang dalam naskah Carita Parahiyangan, bahwa diceritakan ada seorang pemeluk agama Islam yang pertama kali di tatar Sunda bernama Bratalegawa.

Tidak lama dari kepulangannya Kian Santang diangkat menjadi Raja Pajajaran menggantikan Prabu Munding Kawati atau Prabu Anapakem I karena sakit. Namun jabatan inipun tidak berlangsung lama, karena Prabu Kian Santang kemudian mendapat ilham untuk uzlah seperti yang dikatakan gurunya ketika masih di Mekah.Maka Prabu Kian Santang menyerahkan tahta kerajaan kepada Prabu Panatayuda putra tunggal Prabu Munding Kawati yang masih remaja.(Catatan: Ini terjadi sebelum Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dipersatukan kembali oleh Jayadewata)
Dalam perjalanan uzlah-nya yang dituju pertama kali adalah gunung Ceremai. Tiba disana lalu peti disimpan diatas tanah, namun peti itu tidak godeg alias berubah. Lalu Kian Santang kemudian berangkat lagi ke gunung Tasikmalaya, disana juga peti tidak berubah. Akhirnya Kian Santang memutuskan untuk berangkat ke gunung Suci Garut. Setibanya di gunung Suci Garut peti itu disimpan diatas tanah dan keajaibanpun terjadi peti tersebut secara tiba-tiba gesah/godog (bergoyang/bergerak).

Dengan godognya peti tersebut, itu berarti petunjuk kepada Kian Santang bahwa ditempat itulah, beliau harus tafakur untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tempat itu kini diberi nama Godog Suci. Ditempat ini kemudian berdiri sebuah Masjid yang diberi nama Masjid Pusaka Karamat Godog yang berjarak dari makam godog sekitar kurang lebih 1 Km. Prabu Kian Santang kemudian berganti nama menjadi Syekh Sunan Rohmat Suci

Syekh Sunan Rohmat Suci menyiarkan Islam selama 19 tahun. Mula-mula ia mengislamkan raja-raja lokal, seperti Raja Galuh Pakuwon yang terletak di Limbangan, bernama Prabu Wijayakusumah atau Sunan Pancer (Cipancar) sebutan setelah masuk Islam. Sunan Rohmat kemudian menghadiahkan kepada Sunan Pancer satu buah al-Qur’an berukuran besar dan sebuak Sekin yang bertuliskan lafadz al-Qur’an ”la ikroha fiddin”. Berkat Sunan Pancer, Islam dapat berkembang luas di daerah Galuh Pakuwon.Para petinggi dan raja-raja lokal lainnya yang secara langsung diIslamkan oleh Sunan Rohmat di antaranya ialah; (1) Santowan Suci Mareja (makamnya terletak dekat makam Sunan Rohmat); 2) Sunan Sirapuji (Raja Panembong, Bayongbong); 3) Sunan Batuwangi yang sekarang terletak di kecamatan Singajaya (ia dihadiahi Tombak oleh Sunan Rohmat dan sekarang berada di Darmaraja).

Seberjalanannya syiar Islamnya Sunan Rohmat kemudian menikah lagi dengan Nyi Puger Wangi yang berasal dari Puger. Dari pernikahannya dengan Nyi Puger Wangi, Sunan Rohmat mendapatkan anak kembar, kedua-duanya laki-laki, kakaknya bernama Ali Muhammad dan adiknya Ali Akbar.

Syeh Sunan Rohmat Suci wafat dan dimakamkan di Godog Keramat yang sampai sekarang dinamakan Makam Sunan Rohmat Suci atau Makam Karamat Godog.

Wallahualam bi sowab

Daftar Pustaka
•Didi Suryadi. 1977. Babad Limbangan.
•Edi S. Ekajati. 1992. Sejarah Lokal Jawa Barat. Jakarta: Interumas Sejahtera.
•_________. 1995. Kebudayaan Sunda (Suatu Pendekatan Sejarahi). Jakarta: Pustaka Jaya.
•Hamka. 1960. Sejarah Umat Islam. Jakarta: Nusantara.
•Pemerintahan Propinsi Jawa Barat. 1983. Rintisan Penelusuran Masa Silam Sejarah Jawa Barat.
•Sulaemen Anggadiparaja. T.T. Sejarah Garut Dari Masa Ke Masa. Diktat.
•Yuyus Suherman. 1995. Sejarah Perintisan Penyebaran Islam di Tatar Sunda. Bandung: Pustaka.

Sumber :
Legenda Sunda - Galuh (Pajajaran)
oleh Groups fb KBS.



© KAMUS BAHASA SUNDA
Facebook : KAMUS BAHASA SUNDA
Twitter : @KamusBhsSunda

Peribahasa Sunda dan Artinya Kategori Huruf B

Kategori Huruf Awal (B)
Diterjemaahkan Oleh  Kamus Bahasa Sunda

·  Baleg tampele
Ari rasa tresna ka lalaki geus aya, ngan lamun papanggih jeung jelemana gede keneh kaera.
Artinya : “Kalau rasa suka kepada laki-laki sudah ada, tapi kalau ketemu dengan orangnya masih malu-malu”.

·  Bali geusan ngajadi
Tempat dilahirkeun.
Artinya : “Tempat dilahirkan”.

·  Balung kulit kotok meuting
Teu eureun eureun nyeri hate ti baheula nepi ka kiwari.
Artinya : “Tidak henti-henti sakit hati dari dulu sampai sekarang”.

·  Balungbang timur, caang bulan opat belas, jalan gede sasapuan
Beak karep ku rido jeung beresih hate.
Artinya : “Habis karena oleh ridho dan bersih hati”.

·  Banda tatalang raga
Lamun urang papanggih jeung karerepet, gering upaman, euweuh halangan urang ngajual barang nu aya pikeun ngabela diri, meuli ubar sangkan waras.
Artinya : “Kalau kita bertemu dengan kesusahan, sakit umpamanya, tidak ada halangan kita menjual barang yang ada untuk membela diri (berobat), membeli obat agar sembuh”.

·  Belang bayah gindi pikir
Boga pikiran goreng ka papada kawula.
Artinya : “Punya pikiran jelek ke sesame warga (tetangga)”.

·  Bengkung ngariung bongkok ngaronyok
Babarengan sok sanajan dina hina, rugi, atawa cilaka.
Artinya : “Bersama-sama walaupun dalam payah (susah), rugi, atau celaka (musibah/cobaan)”.

·  Beurat birit
Hese jeung sungkan dititah.
Artinya : “Susah dan tidak mau disuruh”.

·  Beurat nyuhun beurat nanggung, beurat narimakeunana
Pohara narimakeunana kana pitulung, ngan teu kawasa ngedalkeun ku lisan atawa tulisan, anging gusti nu ningali.
Artinya : “Sangat menerima kepada bantuan (dari orang lain), tapi tidak seperti mengucapkan oleh ucapan atau tulisan, namun Tuhan yang melihat”.

·  Beureum paneureuy
Seuseut batan neureuy keueus hese pisan, seuseut seuat ngahasilkeun maksud.
Artinya : “Sukar lebih baik menelan bulat-bulat keueus sangat susah. Sangat sukar menghasilkan maksud”.

·  Beuteung anjingeun
Ngeunaan ka jelema nu beuteungna cara/siga beuteung anjing.
Artinya : “Mengena kepada orang yang perutnya seperti perut anjing”.

·  Bilih aya turus bengkung
Bisi salah pokpokanana.
Artinya : “Takut salah dil-dilannya”.

·  Biwir nyiru rombengeun
Resep mukakeun rasiah sorangan atawa rasiah batur.
Artinya : “Suka membukakan rahasia sendiri atau rahasia orang lain”.

·  Biwir nyiru rombengeun
Resep ngucah ngaceh rasiah atawa kaaeban boh nu sorangan boh nu batur.
Artinya : “Suka membeber-beberkan rahasia atau keburukan baik yang sendirinya, baik yang (maupun) orang lain”.

·  Biwir sambung lemek, suku sambung lengkah
Henteu milu milu kana tanggung ajwabna mah, ieu mah ngan saukur mangnepikeun dumeh jadi utusan, ngemban timbalan tinu lian.
Artinya : “Tidak ikut ikutan kepada tanggung jawabnya, ini hanya menyampaikan sebab jadi utusan (perwkilan), membawa jawaban dari yang lain”.

·  Bluk nyuuh blak nangkarak
Kabina bina rajina dina enggoning nyiar kipayah.
Artinya : “Bener-bener rajin didalam mencari napkah).

·  Bobo sapanon carang sapakan
Aya kuciwana, lantaran aya kakuranganana atawa karuksakanana.
Artinya : “Ada kecewanya, sebab ada kekurangannya atau kerusakannya”.

·  Bobor karahayuan
Henteu rahayu, henteu salamet, meunang kacilakaan atawa tiwas.
Artinya : “Tidak berkah, tidak selamat, mendapatkan kecelakaan atau tewas”.

·  Bobot pangayun timbang taraju
Kabeh anu dipigawe kudu pinuh tinimbangan.
Artinya : “Semua yang dikerjakan harus penuh pertimbangan”.

·  Bonteng ngalawan kadu
Nu leutik ngalawan nu gede.
Artinya : “Yang kecil melawan yang besar”.

·  Buburuh nyatu diupah beas
Nyiar pangarti tur diburuhan atawa digajih.
Artinya : “Mencari ilmu dan diberi imbalan/upah atau gaji/upah”.

·  Budi santri, legeg lebe, ari lampah euwah euwah
 Ari laku lampah mah kawas santri tapi sok ceceremed.
Artinya : “Kalau kelakuan seperti santri tapi suka mencuri”.

·  Buluan belut, jangjangan oray
Pamohalan kajadian.
Artinya : “”Tidak mungkin terjadi”

·  Bungbulang tunda / tunda talatah
Lamun dititah tara sok pek ku maneh, tapi sok nitah deui ka batur.
Artinya : “Jika disuruh suka bukan (dikerjakan) olehnya, tapi suka menyuruh kepada orang lain”.

·  Buntut kasiran
Koret, medit, ngeupeul, tara pisan daek barangbere.
Artinya : “Kikir, tidak pernah sama sekali member”. (Koret, medit, ngeupel = Kikir, Pelit. “menggunakan tiga kata, menunjukan sangat).

·  Bur beureum bur hideung, hurung nagtung siang leumpang
Ginding, loba pakean anu aralus dipake.
Arrtinya : “Gagah/gaya, banyak pakaian yang bagus dipakai”.

·  Buruk buruk papan jati
Ka sobat atawa ka baraya mah sok hayang ngahampura bae lamun aya kasalahan teh.
Artinya : “Kepada sahabat atau saudara suka ingin memaafkan saja apabila ada kesalahan”


© KAMUS BAHASA SUNDA
Facebook : KAMUS BAHASA SUNDA
Twitter : @KamusBhsSunda

Peribahasa Sunda dan Artinya Kategori Huruf A

Kategori Huruf Awal (A)
Diterjemaahkan Oleh Kamus Bahasa Sunda

  • Adab lanyap
Jiga nu handap asor, daek ngahormat ka batur, tapi boga hate luhur, tungtungna sok ngunghak jeung kurang ajar, temahna batur loba nu teu resepeun.
Artinya : “Seperti yang rndah hati, mau menghormati kepada orang lain, tapi punya hati yang angkuh, ujungnya suka sombong dan kurangajar. Jadinya orang banyak yang tidak suka”.
  • Adam lali tapel
Poho ka baraya jeung poho ka lemah cai.
Artinya : “Lupa kepada saudara dan lupa kepada asal usul (kampung kelahiran)”.
  • Adat kakurung ku iga
Adat nu hese digantina.
Artinya : “Sifat yang susah berubah”.
  • Adean ku kuda beureum
Beunghar ku barang titipan atawa ginding ku pakean batur.
Artinya : “Kaya oleh barang titipan atau berpakaian bagus oleh pakaian orang lain”.
  • Adigung adiguna
Gede hulu, boga rasa leuwih ti batur, kaciri dina laku lampahna jeung omonganana.
Artinya : “Angkuh, punya rasa lebih dari orang lain, terlihat dari prilaku dan bicaranya”.
  • Agul ku payung butut
Ngagulkeun luluhur sorangan.
Artinya : “Bangga dengan nenek moyang (keturuan) sendiri”.
  • Akal koja
Pinter dina kagorengan atawa kajahatan.
Artinya : “Pintar di kejelekan atau kejahatan”.
  • Aki aki tujuh mulud
Lalaki nu geus kolot pisan.
Artinya : “Laki-laki yang sudah sangat tua”.
  • Aku aku angga
Ngaku barang batur kalawan ngandung maksud hayang mibanda ngaku baraya batur anu beunghar atawa jeneng, mamrih kahormatan atawa kauntungan.
Artinya : “Mengaku barang orang lain dengan maksud tujuan ingin (orang yang punya barang) mengakui saudara orang yang kaya atau nama, (ikut besar dengan nama orang) kehormatan atau keuntungan”.
  • Aku panggung
Darehdeh jeung mere maweh, ngan hanjakal ku ieu aing asa pangpunjulna, pangbeungharna jste.
Artinya : “Ramah dan suka memberi, tapi sayangnya (sombong) merasa aku paling tinggi, paling kaya, dst”.
  • Alak-alak cumampaka
Resep jeung hayang dipuji batur, boga rasa pangpunjulna. Anu handap hayang nyaruaan nu luhur, nu hina hayang nyaruaan nu mulya.
Artinya : “Suka dan ingin dipuji orang lain, punya rasa paling tinggi (segalanya).  Yang bawah ingin menyamai yang atas, yang hina ingin menyamai yang mulia”.
  • Alak paul
Tempat anu lain dikieuna, ngeunaan jauhna jeung pisusaheunana.
Artinya : “Tempat yang bukan seperti ini (yang dinginkannya), mengenai jauhnya dan susahnya/rintangan (menuju tempatnya)”.
  • Alus panggung = alus laur hade ome
Tegep dedeg pangadegna.
Artinya : “Tampan bergetar berdirinya (baik/tegar/kukuh pendiriannya)”.
  • Ambek nyedek tanaga midek
Ari napsu pohara gedena, ngan masih bisa meper diri napsu kapegung.
Artinya : “Kalau napsu sangat besar, tapi masih bisa napsu dirinya (amarah menghilangkan napsu) tertahan”.
  • Ambekna sakulit bawang
Gampang pisan ambek, jeung mun geus ambek teu reureuh sakeudeung.
Artinya : “Sangat gampang ngambek, dan kalau sudah ngambek tidak berhenti sebentar (tidak cepat sembuh)”.
  • Anak puputon
Anak nu kacida didama-damana, nu pohara dipikanyaah.
Artinya : “Anak yang sangat diidam-idam, yang amat disayangi”.
  • Anjing ngagogogan kalong
Mikahayang nu lain lain, nu pamohalan pilaksanaeun (Mikahayang nu moal bakal kasorang).
Artinya : “Menginginkan yang lain-lain, yang mustahil terlaksanakan (Menginginkan yang tidak akan dialami)”.
  • Ari diarah supana, kudu dipiara catangna
Naon bae nu mere hasil ka urang kudu diurus bener bener.
Artinya : “Apapun yang member hasil kepada kita harus diurus benar benar”.
  • Ari umur tunggang gunung, angen angen pecat sawed
Ari umur geus kolot tapi hate ngongoraeun keneh.
Artinya : “Kalau umur sudah tua tapi hati masih merasa muda”. (ABG tua).
  • Asa dijual payu
Ngungun dumeh nyorangan di panyabaan, jauh ti indung bapa.
Artinya : “Sedih karena sendiri di bepergian (rantauan), jauh dari ibu bapak”.
  • Asa ditonjok congcot
Meunang kabungah nu gede, anu saenyana teu diarep arep.
Artinya : “Mendapatkan kegembiraan yang besar, yang sebetulnya tidak ditunggu-tunggu”.
  • Asa ditumbu umur
Boga rasa kahutangan budi anu pohara gedena.
Artinya : “Punya hutang budi yang sangat besar”.
  • Asa nanggeuy endog beubeureumna
Kacida nyaahna.
Artinya : “Teramat sangat sayangnya”.
  • Asa potong leungeun katuhu
Leungiteun jalma nu pohara hade gawena.
Artinya : “Kehilangan orang yang sangat baik kerjanya”.
  • Ati mungkir beungeut nyinghareup
Palsu, siga sono, tapi henteu. Siga suka, tapi henteu, siga nyaah tapi henteu.
Artinya : “Palsu, seperti kanget, tapi tidak. Seperti suka tapi tidak. Seperti saying, tapi tidak”.
  • Aub payung, sabet panon
Sabasoba wewengkon, ngeunaan tanah.
Artinya : “Pulang-pergi daerah, mengenai tanah”
  • Aya astana sajeungkal
Anu mustahil oge bisa kajadian.
Artinya : “Yang mustahil juga bisa terjadi/kejadian”.
  • Aya bagja teu daulat
Arek meunang bagja atawa kauntungan tapi teu tulus.
Artinya : “Mau dapat senang/bahagia atau keuntungan tapi tidak tulus”.
  • Aya di sihung maung
Kulantaran loba kawawuh gegeden dina aya karerepet atawa kaperluan penting gampang naker meunang pitulungna.
Artinya : “Karena banyak kenalan kebanyakan ada  kesusahan atau keperluan penting sangat gampang mendapa bantuannya”. (naker = sangat, terlalu, mengukur banyaknya barang).
  • Aya hate kadua leutik
Naksir.
Artinya : “Menaksir”.
  • Aya jalan komo meuntas
Aya lantaran anu diarep arep ti tadina nepi ka maksud urang gancang kalaksanakeun.
Artinya : “Ada karena yang ditunggu-tunggu sebelumnya sampai kepada maksud kita cepat terlaksanakan”.
  • Aya jalan komo meuntas
Aya pilantaraneun atawa pijalaneun pikeun ngalaksanakeun atawa ngabulkeun kahayang.
Artinya : “Ada sebab atau jalan untuk melaksanakannya atau mengabulkan keinginannya”.
  • Aya jalan komo meuntas
Eukeur mah aya maksud, turug turug aya pilantaraneun.
Artinya : “Sudah mah ada maksud, apalagi (tiba-tiba) ada jalan (orang untuk melaksanakan maksud tsb)”.
  • Aya peurah aya komara
Aya harega, aya pangaji.
Artinya : Intinya “Ada uang, ada barang”.
  • Aya nu dianjing cai
Aya nu diarep-arep atawa dihoroan.
Artinya : “Ada yang ditunggu-tunggu atau dinanti (benda)”. (Dihoroan : Seseorang pulang kampong membawa oleh-oleh dan dikerumuni sanak saudara/warga untuk mendapatkannya).
  • Ayakan tara meunang kancra
Nu bodo jeung nu pinter moal sarua darajatna jeung panghasilanana.
Artinya : “Yang bodoh dengan yang pintar tidak akan sama derajatnya dan penghasilannya”.


KAMUS BAHASA SUNDA
Suka dengan komunitas ini? Gabung untuk berkomentar dan berbagi opini Anda.
Mohon keritik dan saran dari para sahabat.