BAHASA SUNDA


Bahasa Sunda


Bahasa Sunda (Basa Sunda, dalam aksara Sunda Baku ditulis ᮘᮞ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ) adalah sebuah bahasa dari cabang Melayu-Polinesia dalam rumpun bahasa Austronesia. Bahasa ini dituturkan oleh sekitar 27 juta orang dan merupakan bahasa dengan penutur terbanyak kedua di Indonesia setelah Bahasa Jawa. Bahasa Sunda dituturkan di sebagian besar provinsi Jawa Barat (kecuali kawasan pantura yang merupakan daerah tujuan urbanisasi di mana penutur bahasa ini semakin berkurang), melebar hingga batas Kali Pemali (Cipamali) di wilayah Brebes dan Majenang, Cilacap Jawa Tengah, dan di kawasan selatan provinsi Banten.
Dari segi linguistik, bersama bahasa Baduy, bahasa Sunda membentuk suatu rumpun bahasa Sunda yang dimasukkan ke dalam rumpun bahasa Melayu-Sumbawa.

Variasi dalam bahasa Sunda


Peta linguistik Jawa Barat
Dialek (basa wewengkon) bahasa Sunda beragam, mulai dari dialek Sunda-Banten, hingga dialek Sunda-Jawa Tengahan yang mulai tercampur bahasa Jawa. Para pakar bahasa biasanya membedakan enam dialek yang berbeda[1]. Dialek-dialek ini adalah:
  • Dialek Barat
  • Dialek Utara
  • Dialek Selatan
  • Dialek Tengah Timur
  • Dialek Timur Laut
  • Dialek Tenggara
Dialek Barat dipertuturkan di daerah Banten selatan[2]. Dialek Utara mencakup daerah Sunda utara termasuk kota Bogor dan beberapa bagian Pantura. Lalu dialek Selatan adalah dialek Priangan yang mencakup kota Bandung dan sekitarnya. Sementara itu dialek Tengah Timur adalah dialek di sekitar Majalengka. Dialek Timur Laut adalah dialek di sekitar Kuningan, dialek ini juga dipertuturkan di beberapa bagian BrebesJawa Tengah. Dan akhirnya dialek Tenggara adalah dialek sekitar Ciamis.
Bahasa Sunda Kuna adalah bentuk bahasa Sunda yang ditemukan pada beberapa catatan tertulis, baik di batu (prasasti) maupun lembaran daun kering (lontar). Tidak diketahui apakah bahasa ini adalah dialek tersendiri atau merupakan bentuk yang menjadi pendahulu bahasa Sunda modern. Sedikitnya literatur berbahasa Sunda menyulitkan kajian linguistik varian bahasa ini.

Sejarah dan penyebaran

Bahasa Sunda terutama dipertuturkan di sebelah barat pulau Jawa, di daerah yang dijuluki Tatar Sunda. Namun demikian, bahasa Sunda juga dipertuturkan di bagian barat Jawa Tengah, khususnya diKabupaten Brebes dan Cilacap. Banyak nama-nama tempat di Cilacap yang masih merupakan nama Sunda dan bukan nama Jawa seperti Kecamatan DayeuhluhurCimanggu, dan sebagainya. Ironisnya, nama Cilacap banyak yang menentang bahwa ini merupakan nama Sunda. Mereka berpendapat bahwa nama ini merupakan nama Jawa yang "disundakan", sebab pada abad ke-19 nama ini seringkali ditulis sebagai "Clacap".
Selain itu menurut beberapa pakar bahasa Sunda sampai sekitar abad ke-6 wilayah penuturannya sampai di sekitar Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah, berdasarkan nama "Dieng" yang dianggap sebagai nama Sunda (asal kata dihyang yang merupakan kata bahasa Sunda Kuna). Seiring mobilisasi warga suku Sunda, penutur bahasa ini kian menyebar. Misalnya, di Lampung, di Jambi, Riau dan Kalimantan Selatan banyak sekali, warga Sunda menetap di daerah baru tersebut.

Fonologi

Saat ini Bahasa Sunda ditulis dengan Abjad Latin dan sangat fonetis. Ada lima suara vokal murni (a, é, i, o, u), dua vokal netral, (e (pepet) dan eu (ɤ), dan tidak ada diftong. Fonem konsonannya ditulis dengan huruf p, b, t, d, k, g, c, j, h, ng, ny, m, n, s, w, l, r, dan y.
Konsonan lain yang aslinya muncul dari bahasa Indonesia diubah menjadi konsonan utama: f -> p, v -> p, sy -> s, sh -> s, z -> j, and kh -> h.
Berikut adalah fonem dari bahasa Sunda dalam bentuk tabel. Pertama vokal disajikan. (Silahkan isi sesuai keinginan)

Vokal
DepanMadyaBelakang
Tertutup
Tengaheəo
Hampir Terbuka(ɛ)ɤ(ɔ)
Terbukaa

Dan di bawah ini adalah tabel konsonan.

Konsonan
BibirGigiLangit2
keras
Langit2
lunak
Celah
suara
Sengaumnɲŋ
Letapp bt dc ɟk gʔ
Desissh
Getar/Sisil r
Hampiranwj


Sistem penulisan

Huruf BesarHuruf KecilNamaHuruf BesarHuruf KecilNama
AaMm
BbNn
CcNgng
DdNyny
EeOo
ÉéPp
EueuQq
GgRr
HhSs
IiTt
JjUu
KkWw
LlYy


Aksara Sunda

HaNaCaRaKa
DaTaSaWaLa
PaDhaJaYaNya
MaGaBaThaNga


Undak-usuk

Karena pengaruh budaya Jawa pada masa kekuasaan kerajaan Mataram-Islam, bahasa Sunda - terutama di wilayah Parahyangan - mengenal undak-usuk atau tingkatan berbahasa, mulai dari bahasa halus, bahasa loma/lancaran, hingga bahasa kasar. Namun, di wilayah-wilayah pedesaan/pegunungan dan mayoritas daerah Banten, bahasa Sunda loma (bagi orang-orang daerah Bandung terdengar kasar) tetap dominan. Di bawah ini disajikan beberapa contoh.


Tempat

Bahasa IndonesiaBahasa Sunda
(normal)
Bahasa Sunda
(sopan/lemes)
di atas ..di luhur ..palih luhur ..
di belakang ..di tukang ..palih pengker ..
di bawah ..di handap ..palih handap ..
di dalam ..di jero ..palih lebet ..
di luar ..di luar ..palih luar ..
di samping ..di sisi ..palih gigir ..
di antara ..
dan ..
di antara ..
jeung ..
antawis ..
sareng ..


Waktu

Bahasa IndonesiaBahasa Sunda
(normal)
Bahasa Sunda
(sopan/lemes)
sebelumsaacan, saencan, saméméhsateuacan
sesudahsanggeussaparantos
ketikabasanalika
BesokIsukanEnjing


Lain Lain

Bahasa IndonesiaBahasa Sunda
(normal)
Bahasa Sunda
(sopan/lemes)
laparTinaTina
AdaAyaNyondong
TidakEmbungAlim
SayaUrangAbdi/sim kuring/pribados


Perbedaan dengan Bahasa Sunda di Banten

Bahasa Sunda yang berada di Banten, serta yang berada di daerah Priangan (Garut, Tasikmalaya, Bandung, dll.) memiliki beberapa perbedaan. Mulai dari dialek pengucapannya, sampai beberapa perbedaan pada kata-katanya. Bahasa Sunda di Banten juga umumnya tidak mengenal tingkatan, Bahasa Sunda tersebut masih terlihat memiliki hubungan erat dengan bahasa Sunda Kuna. Namun oleh mayoritas orang-orang yang berbahasa Sunda yang memiliki tingkatan (Priangan), Bahasa Sunda Banten (Rangkasbitung, Pandeglang) digolongkan sebagai bahasa Sunda kasar. Namun secara prakteknya, Bahasa Sunda Banten digolongkan sebagai Bahasa Sunda dialek Barat. Pengucapan bahasa Sunda di Banten umumnya berada di daerah Selatan Banten (Lebak, Pandeglang). Berikut beberapa contoh perbedaannya:
Bahasa IndonesiaBahasa Sunda
(Banten)
Bahasa Sunda
(Priangan)
sangatjasapisan
dianyanaanjeunna
susahgatihese
sepertidoangsiga
tidak pernahtiloktara
sayaaingabdi
merekamaraneharanjeuna
melihatnoongningali/nenjo
makanhakantuang/dahar
kenapapannaha
singkongdangdeursampeu
tidak mauembung/endungalim
belakangTukangPengker
repothaliwurebut
BajuJamangAcuk
TemanOrokBatur
Contoh perbedaan dalam kalimatnya seperti:
Ketika sedang berpendapat:
  • Sunda Banten (Rangkasbitung): "Jeuuuh aing mah embung jasa jadi doang jelma nu kedul!"
  • Sunda Priangan: "Ah abdi mah alim janten jalmi nu pangedulan teh!"
  • Bahasa Indonesia: "Wah saya sangat tidak mau menjadi orang yang malas!"
Ketika mengajak kerabat untuk makan (misalkan nama kerabat adalah Eka) :
  • Sunda Banten (Rangkasbitung): "Teh Eka, maneh arek hakan teu?"
  • Sunda Priangan: "Teh Eka, badé tuang heula?"
  • Bahasa Indonesia: "(Kak) Eka, mau makan tidak?"
Ketika sedang berbelanja:
  • Sunda Banten (Rangkasbitung): "Lamun ieu dangdeur na sabarahaan mang? Tong mahal jasa."
  • Sunda Priangan: "Dupi ieu sampeu sabarahaan mang? Teu kénging awis teuing nya"
  • Bahasa Indonesia: "Kalau (ini) harga singkongnya berapa bang? Jangan kemahalan."
Ketika sedang menunjuk:
  • Sunda Banten (Rangkasbitung): "Eta diditu maranehna orok aing"
  • Sunda Priangan: " Eta palih ditu réréncangan abdi. "
  • Bahasa Indonesia: "Mereka semua (di sana) adalah teman saya"

Meski berbeda pengucapan dan kalimat, namun bukan berarti beda bahasa, hanya berbeda dialek. Berbeda halnya dengan bahasa Sunda Priangan yang telah terpengaruh dari kerajaan Mataram. Hal itu yang menyebabkan bahasa Sunda Priangan, memiliki beberapa tingakatan. Sementara bahasa Sunda Banten, tidak memiliki tingkatan. Penutur aktif bahasa Sunda Banten saat ini, contohnya adalah orang-orang Sunda yang tinggal di daerah Banten bagian selatan (Pandeglang, Lebak). Sementara masyarakat tradisional pengguna dialek ini adalah suku Baduy di Kabupaten Lebak.
Sementara wilayah Utara Banten, seperti Serang, umumnya menggunakan bahasa campuran (multi-bilingual) antara bahasa Sunda dan Jawa.

Bilangan dalam bahasa Sunda

BilanganLemes
1hiji
2dua
3tilu
4opat
5lima
6genep
7tujuh
8dalapan
9salapan
10sa-puluh
11sa-belas
12dua belas
13tilu belas
....
20dua puluh
21dua puluh hiji
22dua puluh dua
....
100sa-ratus
101sa-ratus hiji
....
200dua ratus
201dua ratus hiji
....
1.000sa-rebu
....
1.000.000sa-juta
....
1.000.000.000sa-miliar
....
1.000.000.000.000sa-triliun
....
1.000.000.000.000.000sa-biliun